Sabtu, 01 Mei 2010

SEPERTIGA HATI

Tuhan, meski telah lama cinta ini ku abaikan
Mengapa masih tersimpan ia dalam hatiku
Aneh!
Tetap bentuknya yang terakhir tergambar nyata dalam benak
Ada apa ini, Ya Rabb…?
Kini ia tak kunjung sapa
Tak pernah lagi ia datang
Bawa sejuta semangat
Tiada butir tanda, sebagai sinyal hati ini tuk tetap menanti
Sebagian hati yang telah lama ia bawa pergi
Meski hanya SEPERTIGA HATIku yang ia bawa.
Tetap saja ada rasa yang tak biasa
DIA pun SAMA

Biarlah kubicara sendiri
Mengenai hati kecil ini yang selalu berganti
Jauh dari ketetapan hati
Yang ingin selalu ingkari

Betapa nista kusadari
Jeleknya tabiat setan yang terkandung di raga ku ini

Tak lihaikah aku dalam bersyukur?
Atau terlalu silapnya aku akan agungnya anugerah-Mu?
Atau mungkin sisi hatiku memang belum temui?

Selalu ingin ku berbagi
Pada setiap insan yang Kau gariskan mengenalku

Tapi entahlah,
Ada seonggok daging busuk yang diami hati
Untuk membenci dan hindari
Yang buatku selalu menutup diri
Dari juta pujian yang tertuju untuknya
Orang yang tak pernah nyaman ku untuk berbagi

Sering ku berdoa, untuk h ilangkan rasa itu
Tapi sulit rasakan perubahan dihati yang takut ku menyakiti
Dan sering kali ku merasa dengki

Dosakah aku?
Kutakut jawab-MU:
“Tentu”

Bisakah ku bermaaf?
Kuyakin jawab-MU:
“Tentu”

Tiada daya bagiku untuk berubah
Selain padamu ku mengmis kasih yang tak memihak

Karena Engkau lah Pembola- balik hati
Maka bantulah hamba-Mu
Untuk menjadi diri dari pemilik hati yang anggap semua manusia-Mu adalah
Sama…

Tak terkecuali “DIA”
Tugas CInta

Bilakah cinta akan mati?
Takkan pernah!
Karena cinta akan terus tumbuh dan berganti

Bisakah cinta pergi?
Takkan terjadi
Karena hati pasti pilih yang terbaik

Bolehkah cinta berganti?
Tergantung!
Pada siapa engkau tambatkan di hati yang terlayak diami hatimu.
Karena cinta bukanlah pada yang sempurna

Tapi cinta adalah mencintai yang tidak sempurna
Karena tugas cinta adalah menyempurnakan dunia yang takkan pernah
Sempurna…
KAMU atau DIA
Ayo kemari…
Cepat kau kesini…
Biar kubisiki engkau dengan berjuta angan
Yang sering gelayuti benakku
Mengenai impi yagn kuharap kan terjadi

Mengenai lelaki yang kelak boleh kumiliki…

Dia tak usah bertampang bak selebritis
Meskipun sering kumenghayalkan mereka
Namun, cukuplah dia berwajah teduh, bersinar tentram dengan air wudlu
Yang lima kali dalam sehari basuhi wajah bersihnya

Dia tak harus bergelimang materi, bermandi emas perak,dan berjubah sutera
Meski tak pungkiri, ku selalu berimaji berlulur permata
Namun, cukuplah dia pekerja keras, bermental baja dan berhati ikhlas
Hingga tak sekalipun niatnya terkotori tuk nafkahi aku dengan makanan haram

Dia tak perlu keturunan ningrat yang tinggi kasta, puncak derajat
Walau tak jarang kuingin rasakan menjadi salah satu dari mereka
Namun cukuplah ia berilmu luhur, berbudi manis
Agar ia bisa menjadi lautan jawaban yang airnya bisa membimbingku, menjadi wanita surga

Dia tak mesti berbadan bak pegulat, yang berotot besi bertulang marmer, kuat dan gagah
Walau tak ku nafikan kuingin dia seperti demikian agar aku merasa aman
Namun, bagiku bukanlah ahli gulat orang yang kuat, tetapi dia yang bisa redam amarah saat jengkel olehku, agar aku terlindung dari amarah pembawa musibah

Tak salah bukan bila kuberharap?
Menyematkan semua yang tertera dalam doa di tiap sujudku
Karena bagaimanapun
Aku adalah perempuan, yang tercipta untuk berpasang dengan makhluk selain jenisku
Yang aku tercipta dari tulang rusuknya, tercipta bengkok

Maka ku tak boleh terlalu bergegas pilih sang ‘Pelurus Diri’
Ku belum bisa pasti harapkan siapa

Kamu atau Dia?
Biarlah kuberpasrah menunggu Tuhan pilihkan untukku


_19 Februari 2010
BUTA tanpa MU
Rabb, jangan biarkan ku menangis selain kepada-MU
Jangan pernah kau biarkan aku marah kecuali karena-MU
Jangan buat aku mencintai melebihi cintaku pada-MU
Ku manusia lupa
Bahkan seringkali alpa

Ku tak pandai menjaga hati dan fikirku
Untuk selalu membuta-Mu ada di dalamnya
Ku makhluk yang lantunkan dzikir
Tanpa kusemaikan di hati
Ragaku yang sering kali bermunajat
Bahkan tak pernah tersirat dalam tabiat
Ku makhluk pendosa
Bak pepasir di pantai
Dosaku bak buih yang menari di lautan

Apalah balasan yang layak untukku selain neraka?
Apakah ada yang lebih hina dari pada itu?
“tiada”

Namun ku hanya manusia yang tak luput dari salah
Tapi kuhanyalah makhluk yang harus selalu perbaiki diri
Menjadi lebih baik dan tak lekang perbaiki nafsi

Ku pencari jalan-MU
Ku lah hamba yang selalu meniti ridlo dan inayah-MU
Bimbinglah aku, Rabb

Karena aku buta tanpa cahaya-MU