Rabu, 01 Juni 2011

PENGARUH SERIAL ANIMASI UPIN-IPIN TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA ANAK USIA 0-4 TAHUN

Artikel oleh Gina Siti Fatonah (1005475)


Masa tumbuh kembang anak merupakan salah satu tema yang menarik untuk diperbincangkan, karena masa ini merupakan masa awal pembentukan seorang manusia, di masa ini anak harus mulai diberi stimulus yang baik agar kelak anak bisa tumbuh menjadi manusia yang berkualitas. Stimulus tersebut berupa pembentukan akhlaq dan moral, juga pendidikan kognitif anak yang dibarengi dengan pendidikan motoriknya. Disinilah bahasa mulai turut berperan dalam proses pendidikan anak, karena bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi dalam penyampaian suatu rangsangan pada anak, dengan bahasa pula anak dapat mengutarakan apa yang ia rasakan, sehingga orang dewasa dapat mengukur sejauh mana stimulus tersebut bisa direspon.

Bahasa yang diperoleh anak tidak serta-merta anak dapatkan begitu saja ada tahapan dalam tiap fase pertumbuhannya. anak yang awalnya hanya berkomunikasi lewat tangisan, atau senyuman kemudian bisa mengucapkan kata-kata meskipun belum dapat dimengerti secara langsung, karena pelafalannya masih belum sesuai dengan bahasa formal yang digunakan orang dewasa.
Periode verbal atau komunikasi lisan mempunyai beberapa fase yaitu:
• Bulan ke 12 – 15 : yang merupakan fase kalimat dengan satu kata. Misalnya seorang anak mengatakan: “Mobil!” ini bisa bermakna ambigu, kata tersebut bisa berarti: “Saya minta sebuah mobil!” atau: “Beri saya mobil itu!” di masa ini anak akan banyak bertanya tentang nama semua benda yang ditemuinya dengan cara menunjuk-nunjuk barang tersebut.
• Bulan ke 15 - 2 tahun: fase kalimat dengan dua kata. Seorang anak usia dua tahun biasanya sudah mempunyai 270 kata. Ia juga bertanya dengan intonasi bertanya. Ia mulai menyangkal dengan kata-kata. Banyak kata-kata yang masih terpotong , misalnya “minum” menjadi “mium”.
• Usia 2 – 3 tahun: yang merupakan fase kalimat dengan banyak kata. Kalimat terdiri dari kata benda dan kata kerja. Apa yang diucapkan lebih kepada arti atau maksud kalimat yang diucapkan, namun belum dalam bentuk kalimat yang benar. Tetapi dalam usia ini daftar kata yang dimiliki akan meningkat dengan pesat.
• Usia 3 – 4 tahun: si anak akan banyak mengerti berbagai hal, dan banyak bercerita. Ia juga sudah bisa mengucapkan bunyian berbagai huruf kecuali /s/l/r. Juga masih ada beberapa kesalahan dengan pengucapan kata sambung, tetapi sudah bisa berbicara dengan aturan sebuah kalimat.
• Usia 4 – 6 tahun: Di usia enam anak-anak ini akan semakin baik mengucapkan berbagai huruf, juga untuk huruf-huruf yang sulit seperti s dan r. Ia juga semakin membaik dengan aturan pembuatan kalimat, termasuk juga penggunaan kata penghubung: dan, tapi, atau, karena, sebab dsb. Dalam usia ini anak juga mulai dengan menyampaikan pemikiran dari abstraksinya

Dalam tiap fasenya anak mengalami perkembangan yang bertahap, tapi pada periode usia 2-4 tahun perkembangannya semakin cepat, perbendaharaan kata akan bertambah dengan pesat. Usia ini disebut juga sebagai masa keemasan anak atau yang lebih dikenal dengan golden age, dimana syaraf otak mengalami tumbuh kembang paling cepat dan paling kritis, sehingga anak akan sangat mudah merespon stimulus-stimulus dari luar, termasuk dalam proses pemerolehan bahasa.

Agen utama pemebentuk bahasa anak adalah orang tua, mengapa? Karena orang tualah orang pertama yang berinteraksi dengan anak, sehingga bahasa yang digunakan anak sehari-hari tergantung dengan bahasa apa yang orang tuanya gunakan sehari-hari. namun permasalahannya sekarang adalah, apakah peran media turut berperan aktiv dalam proses pemerolehan bahasa anak? Mengingat penggunaan media, contohnya televise tidak hanya diperuntukan bagi orang dewasa, tetai juga untuk anak usia dini sekalipun. Hal ini dapat kita saksikan sendiri di setiap stasiun televise pasti menayangkan acara yang khusus diperuntukan anak-anak. Lantas, adakah pengaruh tayangan-tayangan tersebut terhadapa penggunaan bahasa anak?

Salah satu acara televise yang kini tengah digemari anak-anak adalah serial animasi Upin dan Ipin, serial ini berkisah tentang kehidupan sepasang anak kembar dan kawan-kawannya. Serial animasi yang berdurasi satu jam ini berasal dari negeri tetangga, Malaysia, meskipun bahasa yang digunakan dalam acara ini adalah bahasa Melayu, tapi pesan yang terkandung dalam tiap episodnya masih dapat ditangkap oleh anak dengan baik, tinkgah para tokohnya yang jenaka semakin membuat anak betah menontonnya. Yang menjadi perhatian dalam pristiwa ini adalah, apakah serial Upin-Ipin yang notabene menggunakan bahasa melayu dalam penayangannya memberikan pengaruh terhadapa bahasa yang digunakan anak? Jawabannya bisa ya, bisa tidak. Mengingat pada masa ini anak sangat sensitive terhadap rangsangan dari luar, besar kemungkinan bahwa serial tersebut dapat mempengaruhi bahasa anak. Setidaknya ada satu atau dua kata dari bahasa melayu yang dapat diaplikasikan oleh anak. Tapi setelah dilakukan beberapa survey di lapangan, peneliti mendatangi anak yang hobi nonton Upin-Ipin, mengamati penggunaan bahasanya sehari-hari, kemudian mewawancarai orang tua anak mengenai cara bicara anak dalam interaksinya dengan orang-orang sekitarnya. Hasil yang di dapat adalaha, bahwa setelah menyaksikan serial Upin-Ipin bahasa yang digunakan anak tetap saja bahasa Indonesia.

“Si ade tetep ngomong pake bahasa Indonesia, lagian kita kan orang batak, jadi kalo di rumah biasa pake bahasa Indonesia aja. Paling juga bilang betul, betul, betul,,, aja kaya si Upin.” Begitu papar bu Dewi saat beliau ditanya soal anaknya.

Dari wawancara tersebut dapat kita simpulkan bahwa, bahasa yang digunakan anak sehari-hari itu bergantung pada bahsa yang digunakan orang tuanya. Atau dengan kata lain orang terdekatlah yang menentukan bahasa apas yang akan digunakan anak seterusnya. Saat orang tuanya menggunakan bahasa Inggris pasti si anak akan menggunakan bahasa Inggris juga. Mengapa demikian karena bahsa pertama anak atau sering disebut juga bahasa ibu itu diperoleh melalu tahap pemerolehan secara nertahap terus-menerus. Sehingga peran media atau bisa kita sebut peran dari film-film animasi itu hanya berpengaruh kecil, bahkan sangat kecil terhadap penggunaan bahasa anak, karena anak tidak hidup secara nyata dalam lingkungan tersebut.

1 komentar:

  1. Asalamualaikum!

    Bahasa Melayu Upin Ipin juga digunakan di Sumatera dan Kalimantan. Sepatutnya ianya juga adalah sebahagain dari bahasa Indonesia.

    Walaupun begitu saya setuju kalau bahasa Upin Ipin ini tidak serupa dengan bahasa indonesia seperti yang digunakan di Jakarta. Tapi harus ingat bahasa Indonesia bukan setakat yang digunakan oleh orang Jakarta sahaja.

    Adakah mungkin bahasa yang digunakan dalam filem Laskar Pelangi bukan bahasa Indonesia kerana ianya hampir sama dengan bahasa Upin Ipin?

    BalasHapus