Kamis, 28 Oktober 2010

Cekungan Bandoeng Riwayatmoe Doeloe

Bandung. Kota besar pusat sagala aya (segala tersedia), pusat dari segala wisata, Baik itu alam, kuliner, atau wisata belanja, semua lengkap tersedia. Begitu indah dan sejuk (iya, gitu??? Dibanding Cianjur mah, iya!), karenanya Bandung mendapat julukan Paris van Java. Tapi bagaimana rupa Bandung tempo “dulu”? (disini kita pake kata ‘dulu’ menurut orang geologi, ya!). Berikut penjelasnnya…
Puluhan juta tahun yang lalu dataran tinggi Bandung bukanlah merupakan daratan melainkan lautan. Kemudian sekitar sepuluh juta tahun yang lalu, terjadi proses pengangkatan kerak bumi sehingga kawasan in iberubah menjadi daratan. Proses tersebut juga diikuti dengan munculnya gunung-gunung berapi di daerah selatan atau utara, sehingga bentuk daerah ini berubah jadi cekungan Bandung.
Diantara gunung-gunung yang terbentuk, terdapat sebuah gunung besar, bernama Gunung Sunda. Gunung yang tingginya mencapai empat ribu meter dan diselimuti salju, yang kemudian 150 ribu tahun yang lalu gunung tersebut meletus hingga membentuk sebuah kaldera, yang dasar kaldera tersebut kini menjadi gunung Tangkuban Parahu. Saat itu muntahan Gunung Sunda menutupi areal yang sangat luas, aliran sungai Citarum purba juga ikut terbendung, mempercepat proses pembentukan danau, akhirnya cekungan terisi air dan dinamakan Danau Bandung Purba dengan ketinggian air mencapai 712,5 meter dari permukaan laut.
Enam belas ribu tahun silam aliran air Danau Bandung Purba menemukan jalan keluar dengan membobol dinding bagian barat cekungan. Sejak saat itu permukaan air danau mulai surut sampai ke dasarnya, hingga menyisakan rawa basah seperti rawa dan situ. Awalnya manusia memanfaatkan kawasan tersebut sebagai sumber air dan pembudidayaan ikan. Seiring berjalannya waktu cekungan Bandung berkembang menjadi daerah pemukiman penduduk.
Inilah Bandung sekarang, kawasan metropolitan, modern, pusat bisnis dan perindustrian. Semoga pembangunan kota Bandung kini tidak serta merta membangun, tapi juga menjaga. Tataplah indah Bandungku, seperti riwayatmu dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar